Tuesday 2 August 2016

Menawar Kwaci dengan Bahasa Inggris

~Siang tadi (30/7/'16) saya sholat di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Usai sholat, saya melihat banyak orang melihat keindahan ukiran dan beberapa pameran yang ada di MAJT. Saya tertarik mendekati Bedug. Disana ada seorang yang kalau saya baca dari jidatnya adalah orang Pakistan yang juga sedang melihat bedug, sebut saja Rahul. Lalu terjadi percakapan diantara kami.
Rahul: أحبتي محد الط في المملكة الع ودة ربية الس العة ربية السعودية لم عودية لم ب في المملكة #zzzzz
Me: I'm sorry, i don't speak arabic (maaf, saya tidak berbicara bahasa arab) Hahaha! Sudah bicara panjang tapi dengan PD saya menjawabnya dengan bahasa Inggris.
Rahul: Oh yeah. What .... ..... .....
Malang benar, ia langsung membalasnya. Mulutnya mendrimimilkan tiga kalimat yang hanya bisa saya hitung jumlahnya tapi tak saya pahami maksudnya.
Me: Sorry? (Maaf?)
Rahul: ..... drum... praying...
Saya belum bisa memahami karena masih terlalu cepat & logatnya juga berbeda. Ah ini cuma alasan
Me: Pardon me (maaf ulangi)
Wajahnya menunjukkan kekesalan usai kalimat cepat dan panjangnya saya respons dengan dua kata.
Rahul: This is drummed before praying time, right? (Ini dipukul sebelum waktu sholat kan?)
Kalimatnya tak seperti yang sebelumnya. Ia berbicara lebih pelan dan sederhana.
Me: That's right. (Ya benar)
Mulai menangkap apa yang ia bicarakan
Rahul: Now? Is that still done until now? (Apakah ini masih dilakukan sampai sekarang?)
Me: Not more (tidak lagi)
Rahul: What are you? (Siapa kamu?)
Me: I'm student (Saya mahasiswa)
Rahul: Why are you here? (Kenapa kamu disini?)
Me: I just attend the agenda at the bottom floor (Saya menghadiri acara di lantai bawah)
Rahul: You are a student, but you can't speak english (Kamu mahasiswa, tapi kamu tak bisa bahasa Inggris)
Dia mengangkat tangannya seakan tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Saya langsung membayangkan ekspresi congkak Jose Mourinho ketika menjawab pertanyaan wartawan.

"Gundul-gundul pacul gembelengan, nyunggi-nyunggi wakul gembelengan, wakul ngglimpang segane dadi sak ratan..."
Pie perasaanmu?
Saya langsung ingin nyanyi gundul-gundul pacul dan nari sufi mengelilingi orang tersebut.
Selama ini kita sangat jarang mendengar orang berbicara bahasa Inggris layaknya ia berbicara di pasar, menawarkan makanan, "cangcimen.. cangcimen, kacang kwaci permen", & orang marah secara natural dengan bahasa Inggris yang sama sekali berbeda dengan mendengarkan orang mempresentasikan makalah. Saya hanya mendengarkan orang nyanyi bahasa Inggris, atau percakapan di soal-soal listening TOEFL / IELTS, berbicara dengan native speaker hanya ketika meminta foto di tempat pariwisata & menjawab pertanyaan "Dimana saya bisa menemukan toilet?" saat konferensi Internasional atau pertanyaan "Apa password wifi di tempat ini?" & "Dimana tempat duduk mahasiswa asing?" ketika acara-acara seminar Internasional.

Hay bung, tunggu aku! Saya akan menawar kwaci dengan bahasamu!

Ps: percakapan diatas saya sederhanakan dan saya transkrip sesuai dengan apa yang saya tangkap. Kesamaan tokoh dan cerita hanya disengaja. Tak lebih.