Oleh: Mukh Imron Ali Mahmudi
A.
Status
Sosial
Status
sosial adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat. Status sosial berhubungan
erat dengan hak dan kewajiban. Status sosial memberi bentuk dan pola pada
interaksi sosial. Dengan demikian berarti interaksi sosial berhubungan erat
dengan status sosial. Pada dasarnya status sosial merupakan kumpulan hakhak dan
kewajiban-kewajiban seseorang dalam masyarakat. Setiap individu dalam
masyarakat mempunyai berbagai status sosial. Status sosial yang ada dalam
masyarakat dibedakan menjadi enam. Keenam status itu dapat diuraikan sebagai
berikut :
a. Status yang
digariskan (ascribed status), adalah status yang diperoleh secara alami atau
otomatis,yang dibawa sejak manusia dilahirkan. Contohnya: anak seorang
bangsawan sejak lahir mendapat gelar bangsawan, jenis kelamin, dan kasta pada
masyarakat Hindu.
b. Status yang
diusahakan (achieved status), adalah status yang diperoleh dengan melalui usaha
atau perjuangan sendiri dengan disengaja. Semua individu berpeluang menduduki
status ini asal memenuhi syarat-syarat tertentu. Contohnya: gelar kesarjanaan.
c. Status yang
diberikan (assigned status) adalah status yang diberikan kepada seseorang yang
telah berjasa memperjuangkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat. Contohnya:
gelar pahlawan dan penerima kalpataru.
d. Status
simbol, status simbol dapat dikenali dari kebiasaan hidup seharihari, seperti
cara berpakaian, tempat tinggal, dan bentuk rumah. Misalnya seseorang yang
tinggal di pinggiran kota atau di desa, ke mana-mana bersepeda, dan berpakaian
sederhana, menunjukkan bahwa orang tersebut hidupnya sederhana. Sebaliknya
seseorang yang tinggal di kompleks perumahan mewah, berkendaraan mobil keluaran
terbaru, berpakaian mewah, menunjukkan bahwa orang tersebut hidupnya mewah.
e. Status
aktif, adalah status yang pada saat tertentu aktif, pada lain waktu status
tersebut tidak aktif. Hal tersebut dapat diketahui bahwa individu tersebut
memiliki banyak status. Misalnya seseorang yang menjadi guru, menjadi ketua
organisasi politik, menjadi ketua RT di kampung, dan menjadi wirausahawan. Pada
saat-saat tertentu, status dia sebagai ketua organisasi politik aktif (misalnya
memimpin rapat organisasi), statusnya sebagai wirausahawan akan aktif sesudah
dia mengajar, demikian pula sebagai ketua RT pada saat-saat tertentu akan aktif
(misalnya memimpin rapat RT).
f.
Status laten, adalah status yang diam pada saat status aktif
bekerja. Misalnya seseorang pengacara yang merangkap jadi dosen. Pada saat ia
menjadi dosen, maka status pengacaranya tidak aktif. Sebaliknya saat berstatus
sebagai pengacara, maka status dosennya tidak aktif.
Dalam
kehidupan masyarakat sering timbul pertentangan yang dialami seseorang
sehubungan dengan status yang dimilikinya. Konflik status yang timbul dalam
masyarakat, antara lain berikut ini :
a. Konflik
status individual, yaitu konflik yang terdapat dalam diri pribadi seseorang
(batin sendiri). Contoh: seorang siswa SMA harus memilih antara keinginan
bekerja atau mengikuti keinginan ibunya untuk kuliah.
b. Konflik
status antarkelompok, yaitu konflik yang terjadi karena satu kelompok merugikan
kelompok lain. Contoh: peraturan yang dikeluarkan Pemda bertentangan dengan
peraturan yang ada di pusat.
c. Konflik
status antarindividu, yaitu konflik status yang terjadi antara individu yang
satu dengan individu yang lain. Contoh: seorang polisi harus menangkap pencuri,
padahal pencuri tersebut anaknya sendiri.
B.
Peran Sosial (Role)
Peran sosial
adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai dengan status sosialnya. Antara
peran dan status sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa
status sosial atau sebaliknya. Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status
sosial bersifat statis. Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena
peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku. Pola peran dalam
masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini :
a. Peran ideal,
yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu.
Misalnya peran ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopan-santun, dan
pandai.
b. Peran yang
diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri. Misalnya seorang ibu
tidak ingin berperan sebagai kakak bagi anak perempuannya yang menginjak
remaja.
c. Peran yang dikerjakan
yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya. Misalnya
seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.
Di dalam
masyarakat banyak individu yang memiliki lebih dari satu peran yang berbeda-beda.
Kondisi ini dapat berakibat dinamis bagi peran sosial, namun dapat pula
menimbulkan konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan dalam berperan.
Konflik peran sosial timbul jika orang harus memilih peran dari dua status atau
lebih yang dimilikinya pada saat bersamaan. Contohnya seorang guru yang juga
seorang ibu rumah tangga, pada saat putrinya sakit. Pada waktu yang bersamaan ia
harus memilih antara mengajar atau membawa putrinya ke dokter. Pada saat ia memutuskan
mengantar putrinya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat
yang sama tidak bisa menjalankan peran sebagai guru.
-
Ketegangan
Ketegangan terjadi apabila seseorang
mengalami kesulitan melakukan peran karena adanya ketidaksesuaian antara kewajiban
yang harus dijalankan dengan tujuan peran itu sendiri. Contohnya seorang
pimpinan perusahaan menerapkan disiplin yang ketat kepada karyawannya yang
sebagian besar adalah keluarga dekatnya.
-
Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi apabila seseorang
tidak sanggup menjalankan berbagai peran sekaligus karena terdapat tuntutan-tuntutan
yang saling bertentangan.
-
Kesenjangan peran (role distance)
Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang
harus menjalani peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya sehingga merasa
tidak cocok menjalankan peran tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudarmi, Sri
dan W. Indriyanto. 2009. Sosiologi 1 :
Untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sangat membantu kk
ReplyDeleteSemoga bermanfaat
ReplyDelete