Thursday 26 November 2015

Mbak Bule dan Warteg~

Malam yang lapar itu aku duduk di warung tegal (warteg) Bu Dewi depan kampus MIPA Unnes. Tidak lama, seorang pelayan kecil segera menyuguhiku makanan yang sudah aku tunjuk dari luar kaca tempat menyimpan lauk pauk; nasi, kering tempe, teri, dan gorengan. Beberapa suapan berlangsung, ada seorang datang, masuk dari pintu samping kanan dari posisiku duduk, tampak asing, kulitnya putih, rambutnya dipocong pendek di belakang, dahinya berkeringat tampak gerah (kepanasan), mengenakan kaos putih, ujung samping kaosnya berhenti sampai lengan, ujung celananya jatuh sampai tepat di bawah lutut. Beberapa detik aku memandanginya karena cukup "beda". Dia foreigner atau bule atau orang luar negeri, aku simpulkan dari kenampakan fisiknya. Semakin yakin ketika mendengarnya melafalkan "es teh", dia mengucap "ais ti" setelah ditanya "Pesan apa mbak?" oleh anak kecil yang sama yang melayaniku tadi. Juga yang ia pesan adalah nasi, tempe kering, kentang, dan ikan bawal (atau nila) saya tak cukup tahu namanya karena dia hanya menunjuk saja tidak bicara dan pelayannya juga menanggapinya dengan "Oh ini, apa lagi, iya, terus?" dsb.
Sambil dibungkuskan nasi dan menunggu es teh yang ia pesan, ia mengeluarkan uang dari, entah dompet hadiah dari toko emas mana, tapi tampak simpel. Lalu ia segera mengeluarkan sejumlah uang yang disebutkan pelayan tadi. Belum sampai memberi uang pada pelayan, ada pelanggan perempuan lain (Indonesia) datang dari pintu yang sama. Karena jalannya tertutup oleh mbak bule tadi, pelanggan yang baru masuk itu mengucap "eks kyus mi" (tulis: Excuse me), terdengar fasih. Dan mbak bule pun menjawab "monggo..." terdengar tak fasih tapi tampak sangat seksi. Sialan, sangat sialan, pikirku sambil senyum-senyum. Mbak bule itu pun menukar uangnya dengan apa yang pelayan bawa, bungkusan nasi dan es teh. Dan segera keluar melalui pintu yang sama dengan ketika ia masuk. Berjalan. Menang, dia menang. Haha
(Nov'15/Smg)

0 comments:

Post a Comment